Thursday, October 16, 2008

PENDING

Untuk sementara, blog ini tidak diupdate karena kesibukan dan urusan penting lainnya.

Sunday, September 28, 2008

Part 6 - Pembajakan Sekolah

Hari terlama di sekolah bagi Kayla adalah hari Selasa karena ada perkumpulan klub kesenian. Sama halnya dengan ketiga temannya yang ada kegiatan klub seni beladiri.

Pada istirahat pertama, keempat anak ini mengadakan rapat petinggi pengurus OSIS untuk membicarakan proposal PenSi. Tentunya rapat pembuatan proposal ini akan memakan waktu yang sangat lama dan terpaksa langsung dibuat karena Bapak Bureig, Kepala Sekolah, ingin melihat proposal itu pulang sekolah nanti.

Tak lama, istirahat pun usai dan sekolah menjadi sunyi. Ada 3 mobil van hitam yang masuk sekolah saat itu. Entah untuk urusan apa dan keempat anak itu tidak mempedulikannya karena asik membuat proposal di ruang pengurus.

Kayla tiba-tiba terpekik kaget dan langsung menyuruh yang lain untuk diam dan menundukkan kepala. "Gawat, pembajakan sekolah," katanya pelan.

Cliflan langsung mengeluarkan peta sekolahan yang akan dipakai untuk proposal. Dustan segera mengunci pintu ruangan sementara Tyler membuka ruang penyimpanan yang menembus ke gudang sekolah.

Mereka kini bersembunyi di dalam gudang, karena di gudang itu tidak ada jendela jadi lebih aman daripada sembunyi di ruang pengurus. Tyler lalu bertanya "Apa yang tadi kamu lihat?"

"Banyak orang dengan pakaian serba hitam, mengenakan kacamata hitam dan membawa pistol," jawab Kayla.

"Ini sulit, walaupun kita mengetahui celah-celah di sekolah ini," ujar Dustan.

"Mereka pasti mengumpulkan semua orang di aula dan sebagian menjaga gerbang," ujar Tyler.

"Kita bisa apa? Mereka bawa senjata api, dan bukan teri!" pekik Kayla cemas.

"Lab kimia mempunyai bahan yang cukup untuk membuat bom asap dan gas tidur dan ruang klub teater cukup untuk membuat tipuan," jawab Dustan.

"Peralatan di lab Fisika bisa membuat alat yang mematikan," tambah Cliflan.

"Dan alat ini bisa untuk koordinasi yang baik," lanjut Tyler sambil mengeluarkan alat yang mirip alat bantu dengar itu.

Kayla yang kebingungan tak mengerti apa rencana ketiga temannya hanya diam saja. Lalu Tyler menyuruh semuanya memakai alat itu dan langsung menyalakannya. Ya alat itu berfungsi dengan baik seperti handphone. Kemudian Dustan langsung mencoret - coret peta sekolah, memberi tanda.
Sementara Cliflan kembali ke ruang sebelah dan Tyler mencari-cari perkakas yang bisa dipakainya.

Cukup lama Cliflan di ruang sebelah sampai kembali ke gudang. Sementara Tyler sudah selesai mengambil semua perkakas dan memasukkannya ke kantong ajaib milik Kayla.
Lalu Cliflan mengambil peta sekolah lalu mencoret-coret. Ternyata Cliflan melihat kira-kira 20 orang atau lebih, 3 di gerbang, 2 menjaga koridor kelas di tiap lantai, dan sisanya di aula.

Setelah memikirkan semuanya masak-masak, kini saatnya bertindak. Cliflan yang membawa peta, Tyler yang membawa kantong ajaib, dan Dustan pun bersiap-siap. Kayla tetap di gudang, menanti mereka hanya berpesan agar hati-hati.

Cliflan menyusup ke lab Fisika, Dustan ke lab kimia, sementar Tyler ke ruang klub teater. Mereka masing-masing membuat kreasi mereka sendiri. Cliflan membuat semacam pistol yang bisa menembakkan jarum, pengejut listrik, dan semacam radio kecil untuk menyadap gelombang alat komunikasi pembajak. Dustan membuat bom asap yang berbentuk bulatan kecil dan memasukkan gas tidur ke dalamnya. Tyler mengambil kain-kain panjang, membuat orang-orangan, dan mengambil lampu sorot yang menyilaukan.

Setelah semuanya siap, Tyler menjemput Dustan untuk memasukkan bom asap ke dalam kantong ajaib, lalu menjemput Cliflan dan berhenti sejenak untuk mendengar pembicaraan yang sudah berhasil disadap.

Akhirnya mereka berempat sudah kembali ke gudang sebagai markas pusat mereka. Dan mereka akan segera memulai aksinya.

Aksi akan dimulai dengan menyelinap ke lorong lantai 3. Dan membuat tidur para penjaga disana. Dustan akan menjadikan tempat itu sebagai pertahanan pertama. Kemudian dengan cara yang sama menidurkan yang di lantai 2. Tetapi masalahnya, bagaimana melewati penjaga di lantai 1 dan menghabisinya tanpa mengundang perhatian yang ada di luar aula.

Melewati mereka mungkin mudah, tetapi melucutinya cukup sulit. Mereka akan memikirkan hal tersebut belakangan. Kini mereka bersiap-siap berangkat dan kali ini Kayla ikut.

Mereka bergantian menyeberang dari gudang ke daerah kantin, tempat persembunyian paling baik untuk menaiki tangga. Kemudian mereka melewati lantai 2 dengan mudah berkat cermin rias milik Kayla. Cliflan dan Tyler dengan cepat membuat tidur kedua penjaga di lantai 3 dengan pistol jarum buatan Cliflan. Tentu saja sudah diolesi obat tidur buatan Dustan.

Selanjutnya dengan cara yang sama menghabisi penjaga di lantai 2. Stelah menghabisi penjaga di lantai 2, Dustan langsung mengunci gerbang yang menuju ke lantai 2. Lalu mereka berunding apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.

Jumlah yang ada di sekitar aula terlalu banyak, dan jumlah yang ada di dalam tidak diketahui. Pintu gerbang, aula, dan kelas di lantai 1 semuanya berdekatan. Mereka harus memecah perhatian mereka lalu menghabisinya.

Tyler langsung mengatur rencana. Cliflan akan kembali ke kantin dan mempersiapkan jebakan bom asap, Tyler akan memanjat atap aula lalu ke arah gerbang dan melakukan trik lainnya. Sementara Dustan akan menemani Cliflan dan membuat penjaga di koridor kelas lantai 1 tertidur.

Cliflan tak mungkin memakai pistol jarumnya karena hanya bisa menembakkan 1 jarum saja, jadi senjata yang tersisa tinggal bom asap, dan bom gas tidur, dan pistol sungguhan dari 4 penjaga yang sudah dihabisi.

Mereka berempat memegang pistol sungguhan untuk jaga-jaga. Sesaat kemudian, mereka langsung pergi ke tempat masing-masing.

Setelah semua trik selesai dipasang, Tyler mengintip aula dari atap dan melihat keadaan di dalam. Di dalam aula hanya ada 4 orang dan semuanya memegang senjata. Berarti total ada 24 orang dan pintu gerbang ditutup rapat. Sepertinya dikunci dari luar.

Tyler langsung kembali ke koridor lantai 2. Trik pun siap dimulai dengan remote. Pertama Dustan dan Cliflan membuat 2 penjaga di koridor lantai 1 tertidur dengan pistol jarum, lalu trik boneka yang dipasang oleh Cliflan dijalankan melalui remote. Di saat yang bersamaan, jalur komunikasi dimatikan dengan pengacak gelombang.

Tepat seperti dugaan Tyler. 11 orang langsung terpecah menjadi 2, 5 orang ke tempat 2 penjaga di koridor lantai 1 sementara 6 orang jalan ke arah boneka.

Saat penjaga gerbang melangkah maju, trik yang dipasang Tyler dinyalakan dan membuat mereka tertidur. 6 orang terjebak bom asap dan 5 yang lain langsung dihujani bom asap dan gas tidur yang disemprotkan oleh Tyler melalui celah dari lantai di atasnya.

Semua yang diluar sudah beres. Cepat-cepat semuanya diikat kencang dan dilucuti senjatanya sebelum pengaruh bius habis. Lalu mereka diseret semua dan dimasukkan ke dalam gudang. Tinggal 4 yang didalam tetapi semua teman dan guru ada di dalam. Lagipula ruangannya tertutup rapat.

Cliflan langsung mengambil peta sekolah dan mengatur rencana, karena aula sering dipakai untuk membuat rumah hantu, pasti ada celah yang bisa mereka manfaatkan. Tyler menyusun strategi lagi. 2 orang di belakang dan 2 orang di depan, sementara pistol jarum hanya ada 3 dan Kayla tak bisa menggunakannya.

Jadi yang bisa mereka gunakan tinggal sedikit bom asap dan pistol jarum. Tetapi 2 orang di depan senang mengobrol, sementara 2 di belakang hanya diam saja. Mungkin akan ada kesempatan untuk menghabisi 2 yang dibelakang terlebih dahulu, lalu mengisi ulang pistol jarum dan kemudian mengurus 2 yang di depan.

Akhirnya mereka beraksi. Tyler dan yang lain masuk ke langit-langit aula melalui celah di atap. Tyler memperhatikan 2 orang di depan sementara Cliflan dan Dustan menunggu aba-aba dari Tyler untuk menghabisi 2 orang di belakang.

Dan saat Tyler memberikan aba-aba, 2 orang yang dibelakang langsung pingsan seketika. Bagus, 2 orang yang di depan tidak sadar. Cliflan dan Dustan langsung menghampiri Tyler dan menghabisi 2 orang di depan.

Sekarang tinggal mengikat 4 orang itu. Tetapi semua teman dan guru akan tahu kalau mereka yang melakukan semuanya. Maka Tyler mengusulkan untuk melempar tali dari atas dan menyuruh yang lain untuk mengikat ke4 orang itu.

Dan tali pun dilemparkan dan Cliflan dengan menyamarkan suaranya menyuruh para guru mengikat 4 orang itu dan melucuti senjata mereka. Lalu mereka bertiga kembali dan membereskan semua perlengkapan trik yang tadi mereka pasang.

Lalu mereka semua membereskan perkakas dan mengembalikan semuanya seperti semula, kecuali bahan kimia yang sudah dipakai. Lalu ke 20 orang dikumpulkan menjadi satu dan diikat di tengah lapangan. Kemudian mereka menelepon polisi dan mengunci diri mereka dalam ruang pengurus dan melempar kuncinya keluar.

Tak lama, polisi pun datang dan membebaskan mereka semua. Hari itu adalah hari yang menegangkan bagi semua orang di St. Nicholas. Terutama bagi Tyler dan teman-temannya. Hari masih siang dan sebetulnya masih bisa mengikuti kegiatan klub, namun semua klub diliburkan dan semua murid disuruh segera pulang.

Di depan gerbang, wanita cantik, seorang penyandang dana yayasan sedang menunggu Tyler dan teman-temannya. Dia segera memanggil ke4 murid spesial itu dan menyuruhnya naik ke mobil sedan merahnya.

Part 5 - Yang Diutus

Seminggu setelah kejadian itu, Tyler telah menggunakan HPnya seperti HP biasa. Kayla pun makin akrab dengan ketiganya dan terkadang pulang bareng jika Kayla ada klub kesenian yang sampai sore.

Cliflan sudah normal lagi porsi makannya. Sementara Dustan terpilih menjadi wakil sekolah dalam lomba beladiri.

Ya, mereka berempat kini selalu bersama saat berangkat ke sekolah karena tempat tinggal mereka tidak berjauhan satu sama lainnya.

Hari ini sangat cerah. Cliflan dan Dustan seperti biasa menjemput Tyler terlebih dahulu sebelum menjemput Kayla. Tapi pagi ini Tyler terlihat sangat mengantuk.

"Abis begadang, mas?" tanya Cliflan usil.

"Entahlah, aku tidur lebih lama dari biasanya malah. Tapi tadi malem gw mimpi. Anehnya, gw ga inget mimpi apaan," jawab Tyler sambil berjalan ke arah kos Kayla.

"Loh? Abis begadang, Ler?" tanya Kayla begitu dijemput.

"Iya, ga bisa tidur mikirin kamu," kata Cliflan usil.

Dustan tertawa geli sementara Tyler meluruskan masalah "Gw juga ga tau nih napa. Padahal dah tidur lebih lama dari biasanya."

"Oh... berarti kebanyakan tidur. Btw, ini buat kalian semua," sambil menyerahkan 3 bungkusan.

"Apa nih, La?" tanya Dustan sambil mengambil bungkusannya.

"Bekal makan siang kalian. Hari ini kalian olahraga kan? Maap ya cuma bisa bikinin segitu."

"Thanks, La," sahut Cliflan.

"Yap. Sama-sama. Tapi ntar pulang balikin tepaknya ke gw ya," balas Kayla.

Mereka berempat pun sampai di sekolah dan memulai aktifitas seperti biasanya. Masuk kelas dan belajar seperti biasanya. Tetapi pagi itu guru-guru sangat sibuk. Pada jam pertama saja mereka hanya menyuruh murid-murid untuk mencatat ataupun mengerjakan soal-soal. Rupanya para penyandang dana yayasan akan berkunjung ke sekolah mereka.

Siangnya, para penyandang dana telah sampai di sekolahan. Mereka memasuki kelas satu per satu melihat-lihat murid sekolah tersebut dan memberikan sedikit ceramah. Benar-benar ceramah yang mengobarkan semangat belajar. Lagipula, ada wanita cantik di antara mereka. Ya, tak salah lagi, wanita yang memberikan Tyler sebuah HP.

Saat istirahat siang, Kayla mendatangi Tyler yang kebetulan sedang berkumpul dengan Cliflan dan Dustan. Mereka berempat diminta untuk ke ruang kepala yayasan sekarang. Selama sekolah, belum pernah mereka dipanggil ke dalam ruang yayasan.

Sesampainya di ruang yayasan, ternyata tiga penyandang dana ada di sana, dua pria dan yang satunya adalah wanita cantik itu.

"Selamat siang, Tyler," sapa wanita itu.

"Siang, Bu," balas Tyler sambil menundukkan kepalanya.

"Ada sesuatu yang harus kami berikan kepada kalian," kata salah satu pria yang berpenampilan seperti MIB sambil menyodorkan 4 alat yang terlihat seperti alat bantu dengar.

"Ambil saja dulu, lalu duduk di sofa,"kata pria lainnya yang ramah.

Mereka masing-masing mengambil alat tersebut dan kemudian duduk di sofa.

"Sama seperti sebelumnya, kenakan alat tersebut di saat kalian membutuhkannya. Gunakan seperti earphone biasa," kata wanita itu.

"Tapi, untuk apa alat ini?" tanya Tyler.

"Kalian adalah empat anak spesial. Hanya itu yang bisa kami sampaikan pada kalian untuk saat ini," jawab si wanita.

"Tyler, ketua OSIS. Selain bijaksana, kamu juga cermat. Kayla, sekretaris yang akan selalu memberikan semangat. Dustan, wakil ketua yang sangat berhati-hati. Cliflan bendahara pelit tetapi berani mengambil resiko. Kalian adalah anak-anak yang diutus untuk membuka jalan," kata pria misterius berkacamata hitam.

"Kayla, kamu bawa kantongnya kan? Keluarkan bomnya," ujar si wanita.

"Koq Anda bisa tahu tentang bom tersebut?" tanya Dustan penasaran.

"Tentu saja. Karena kalian, empat anak yang diutus sedang dicari oleh sekelompok teroris. Sudah kubilang, kalian adalah anak spesial. Kalian bukan hanya anak biasa," jawab si wanita.

"Cliflan, Dustan, kalian berdua belum punya HP kan? Alat itu bisa berubah menjadi HP loh," celetuk si pria ramah.

"Wah... yang benar? Bagaimana caranya?" tanya Cliflan senang.

"Ehem..." si pria misterius itu berdeham "Biarkan mereka mencari tahu sendiri kegunaan alat itu," katanya.

"Baiklah. Sudah saatnya kami pergi. Ingat, gunakan d saat kalian perlu. Kami akan selalu mengamati kalian. Untuk sementara, hanya itu yang bisa kami beritahu. Selamat menikmati petualangan kalian!" sahut wanita cantik sambil membuka pintu ruang yayasan.

"Sampai jumpa lain kali dan jaga diri kalian!" seru pria yang ramah sambil keluar ruangan.

"Sebaiknya kalian cepat kembali ke kelas," ujar pria misterius sebelum keluar ruangan.

Ketiga penyandang dana telah keluar ruangan, tetapi keempat murid itu belum beranjak dari sofa. Mereka masih mengamati benda yang dipegang oleh masing-masing. Tyler mendapat yang berwarna biru, Dustan hijau, Cliflan merah, dan punya Kayla pink.

"Rasanya mimpi gw tadi malem ada benda ini juga. Kita berempat make benda ini, tapi gw lupa buat apa." ujar Tyles sambil berusaha mengingat mimpinya.

"Sudah simpan saja dalam kantong kita. Gw mau balik ke kelas. Yuk!" sahut Kayla.

Mereka berempat lalu kembali ke kelas. Tentu saja saat kembali ke kelas mereka langsung ditanyai oleh teman-teman sekelas. Tyler pun menjawab sambil berbohong kalau tadi membicarakan beasiswa. Kayla pun berbohong dengan jawaban yang sama. Ya, mereka berempat masuk sekolah ini karena program beasiswa.

Akhirnya saatnya pulang sekolah tiba juga. Hari itu sedang tidak ada kegiatan klub. Hari dimana bisa pulang lebih awal. Dan pada hari seperti ini, Tyler akan menemani Cliflan dan Dustan membersihkan panti asuhan. Kayla juga sudah pernah ikut.

Tapi saat pulang sekolah, tanpa diduga mereka bertemu Alfred, pemuda yang mengatakan bahwa dirinya tampan. Alfred menebar senyum dan pesona, membuat banyak murid cewe mendekatinya untuk berkenalan dengannya.

"Rupanya ada satu anggota KFC di sini," ujar Cliflan usil.

"Apaan tuh KFC?" tanya Kayla.

"Kayla Fans Club. Tapi bisa jadi Kayla Fried Chicken juga," jawab Dustan sambil terkekeh.

"Sudahlah, kita langsung pulang aja. Gw lagi ga mood ngadepin teri nih," sahut Tyler.

Tapi terlambat, si pembuat onar sudah melihat Kayla dan keburu berpuisi yang membuat murid-murid cewe heboh semua.

Pembuat onar itu kemudian membuat atraksi sulap mengeluarkan bunga dari sapu tangannya dan memberikannya pada Kayla. Murid-murid yang melihat langsung bertepuk tangan menyemangati si pembuat onar.

Kayla tidak mengambil bunga itu, bahkan tidak menyentuhnya sama sekali dan membuang muka. Keadaan ini makin membuat murid-murid cewe geram pada Kayla.

"Jangan jual mahal lu!" celetuk salah satu murid cewe. Yang mendapat sambutan riug dari yang lain.

Tyler tidak seperti biasanya, dia langsung berjalan melewati Alfred si pembuat onar. Dustan langsung menyuruh Kayla pulang juga sambil mengantarai Kayla dan Alfred. Sementara Cliflan berjalan di belakang Kayla.

Alfred yang merasa harga dirinya diinjak-injak oleh mereka berempat langsung menghampiri Kayla dan menarik tangan Kayla. Cliflan langsung mencengkeram tangan Alfred yang membuatnya kesakitan dan terpaksa melepaskan tangan Kayla.

Alfred langsung mengeluarkan pisau lipatnya dan menghunuskannya ke Cliflan. Tentu saja Cliflan dengan mudah dapat menghindarinya dan langsung memelintir tangan Alfred dan membuatnya menjatuhkan pisau lipatnya. Tyler yang melihat kejadian itu langsung memukul belakang leher Alfred dan membuatnya pingsan. Dustan dan Cliflan langsung menggotong Alfred dan meletakkannya di bangku panjang.

Kayla langsung mengambil spidol dari tasnya dan menghiasi wajah Alfred yang tolol itu dan berteriak "Silakan belajar merias pria di sini!" dan langsung saja semua murid mendekat dan bersorak gembira.

Dan mereka berempat pun pulang dengan santai. Siang itu Tyler sedang moody, mungkin karena rasa kantuknya itu.
Dia hanya menundukkan kepalanya dan tidak bicara 1 patah kata pun.

Di belokan gang yang terakhir mendadak Tyler berhenti. Dustan langsung membisiki Kayla "Diam, ikut Tyler saja dan jangan banyak tanya."

Kemudian Cliflan berbelok ke kanan sementara Tyler lurus dan Dustan berbelok ke kiri. Kayla pun mengikuti Tyler, padahal jalan pulang yang benar adalah yang diambil Cliflan.

Tyler memperlambat jalannya, kemudian berjalan lambat dan merangkul Kayla seperti seorang kekasih. "Maaf, terpaksa begini," ujar Tyler.

"Tak apa. Tapi nanti kalau ada gosip aneh, lu yang urus ya!" jawab Kayla pelan.

Tak berapa lama, perempatan gang berikutnya sudah terlihat dan gang itu adalah gang tersepi tanpa penduduk di sekitarnya. Tyler sekali lagi berhenti tepat di perempatan tetapi hanya sebentar kemudian melanjutkan jalannya.

"Heh teri! Keluar sini!" seru Tyler.

Ternyata yang keluar lebih dari 10 orang sambil membawa senjata masing-masing. Tanpa basa basi Tyler langsung berlari ke arah mereka dan langsung melucuti senjata mereka hanya dalam sekejap.

Cliflan dan Dustan hanya berdiri geleng2 kepala. Tyler hanya membalas reaksi mereka dengan senyum. "La, ayo pulang!" sahut Tyler.

"Thank's ya! Untung ada kalian."

"Ya sebaiknya setiap kau pulang minta salah satu dari kami untuk mengantarmu," jawab Tyler.

"Dah seger ya? Sampe qta ga dibagi," sahut Dustan.

"Salah sendiri telat," jawab Tyler sambil menjulurkan lidahnya.

Hari itu mereka akhiri dengan beres-beres di panti asuhan tempat tinggal Cliflan dan Dustan dan makan malam bersama di sana.

Saturday, September 27, 2008

Part 4 - Jalanan Sore Hari

Setelah jam 4 lewat, akhirnya murid-murid sudah bisa dipulangkan. Bapak Bureig sudah bisa bernapas lega sekarang. Kepanikan dan kecemasan telah lenyap dari wajahnya.

Tyler, Cliflan, Dustan dan tentu saja Kayla harus kembali ke ruang pengurus untuk membereskan masalah bom yang tadi mereka temukan. Dustan langsung membuka pintu ruangan dan membuka lemari perkakas. Kayla langsung mengambil kantongnya dan memasukkannya ke dalam tasnya.

"Mau lu bawa pulang bomnya?" tanya Cliflan.

"Terus mau dikemanain? Lebih aman kalo tetep d kantong gw kan? Daripada lu yang bawa," jawab Kayla ketus.

Mereka pun lalu memberesi ruangan tersebut lalu keluar dari sekolah. Hari sudah sore, tak biasanya Kayla pulang sesore ini. Biasanya dia pulang bersama teman-temannya yang lain, tapi kali ini dia bisa-bisa pulang sendiri.

"Hey, Kayla, ikut yuk!" sahut Tyler.

"Ke mana?" tanya Kayla yang penasaran.

"Ke Town Mall. Kan Tyler mau traktiran," seru Cliflan.

Tanpa basa-basi, Kayla pun langsung mengikuti mereka.

Jalanan sore hari itu terasa sangat menyegarkan. Langit sore itu tampak cerah dihiasi gumpalan awan seperti kapas dan berhembus angin yang menyejukkan.

Jarak dari sekolahan ke Town Mall cukup dekat, hanya terpisah 2 blok. Lagipula, berjalan di tepi pantai pada sore hari cukup menyenangkan. Keempat murid "St. Nicholas" spesial itu berjalan menyusuri pantai lalu masuk ke dalam "Town Mall" dengan seragam kebanggaan mereka.

Mereka langsung menuju food court dan melihat-lihat makanan disana. Ini adalah pertama kalinya Kayla makan di food court "Town Mall" karena dia lebih senang memasak sendiri daripada harus makan di luar.

Tapi karena ketiganya temannya memakan makanan yang sama, Kayla merasa lebih baik mengikuti mereka saja tanpa bertanya apa-apa. Tyler hanya tersenyum melihat Kayla sambil memesan.

Setelah memesan, Tyler pun membayar semuanya dan mengambil nomor meja. Lalu mereka berempat mencari tempat duduk yang kosong di ujung dekat jendela yang mengarah ke pantai. Dan hari itu adalah hari keberuntungan mereka. Biasanya tempat duduk di ujung dengan pemandangan terbaik selalu ditempati, tetapi kali ini tidak. Mereka pun duduk dengan nyaman. Karena ini adalah pertama kalinya bagi Kayla, dia ingin duduk di kursi dekat jendela.

Tak berapa lama mereka duduk, Tyler merasa heran. Meja mereka menjadi pusat perhatian meja-meja lainnya. Tyler pun memberi tahu Cliflan dan Dustan yang duduk di seberangnya dengan bahasa isyarat. Cliflan dan Dustan pun menyadari kalau meja mereka menjadi pusat perhatian.

Untunglah, tak berapa lama makanan sudah datang di meja mereka. Anehnya, sang pengantar makanan selain mengantar makanan dia juga mengantar sebuah amplop untuk Kayla.

Penasaran dengan amplop tersebut, Kayla menanyakannya dari mana amplop tersebut dan untuk apa. Sang pelayan hanya memberi tahu kalau amplop tersebut dari seorang pemuda di meja yang tadi dilaluinya. Tentu saja pelayan itu tidak tahu isinya. Kayla menolak amplop tersebut dan menyuruh si pelayan untuk mengembalikannya.

Setelah selesai dengan urusan amplopnya, saatnya makan. "Astaga! Banyak banget!" seru Kayla.

Cliflan langsung tertawa terbahak-bahak. "Suruh siapa lu ikut mesen yang kaya kita."

"Abis gw bingung mau makan apa. Astaga!"

Tyler dan Dustan pun tak kuat lagi menahan tawa mereka. Cukup lama mereka tertawa sampai membuat pipi mereka sakit semua. Sementara Kayla masih kebingungan dengan cara menghabiskan makanannya.

Tyler yang duduk disampingnya langsung berkata "Tenang aja, ada kita kok. Pasti sanggup ngabisin punya lu."

Mereka pun makan dengan lahapnya. Berbeda dengan Kayla yang makan dengan santai, ketiga temannya makan dengan cepat seperti kelaparan selama 1 tahun.

"Astaga, kalian makan cepat betul," ujar Kayla.

Di tengah menyantap makanannya, seorang pemuda tampan datang ke meja mereka seraya memperkenalkan diri "Hai, gw Alfred! Kalian murid St. Nicholas kan?"

Tyler, Dustan, dan Kayla berhenti menyantap makanan mereka sementara Cliflan masih saja makan dengan lahapnya.

"Ya, kami memang murid St. Nicholas. Ada yang bisa kami bantu?" tanya Dustan.

"Oh tidak, hanya saja saya tertarik dengan gadis yang duduk di meja ini," sahut pemuda asing itu.

"Maaf, Anda ada perlu apa dengan saya?" tanya Kayla.

"Saya ingin menjadi pacar Anda. Saya perhatikan dari tadi, sepertinya Anda masih single," jawab pemuda asing itu.

Cliflan langsung tersedak mendengar jawaban pemuda asing itu. Dustan segera menepuk-nepuk punggung sahabatnya itu.

"Saya rasa, Anda kurang berpengalaman dan Anda mengatakannya di saat yang salah" tukas Kayla.

"Saya Alfred, pemuda tertampan di kota ini. Belum pernah ada yang menolak saya sebelumnya, karena itu saya semakin tertarik dengan Anda. Bagaimana? Semua gadis pasti iri dengan Anda kalau Anda berkencan dengan saya," lanjut pemuda asing itu.

"Maaf, tetapi tampaknya Anda baru saja ditolak olehnya. Dan saya rasa, Anda telah mendapatkan jawabannya dari tadi. Kalau Anda tidak keberatan, kami ingin melanjutkan makan lagi," berkata kepada pemuda asing itu menggantikan Kayla.

"Maaf kawan, lu bukan pacarnya kan? Jadi jangan ganggu gw," lanjut pemuda asing itu.

Cliflan tiba-tiba bergerak hendak bangun, tetapi Dustan yang sudah tahu sifatnya langsung memegangi kedua bahunya kuat-kuat. Tetapi, ternyata Kayla yang berdiri dan membuat ketiga temannya tercengang. Kayla menatap tajam dan sinis kepada pemuda asing itu sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat. Dustan yang melihat kepalan tangannya langsung memberi tahu Tyler dengan bahasa isyarat untuk bersiap-siap mencegah kalau-kalau Kayla melemparkan tinjunya ke pemuda asing itu.

Namun Kayla hanya diam saja dan tak berkata apa-apa. Setelah 5 detik menatap pemuda asing itu, kemudian Kayla duduk kembali dan menikmati makanannya dengan santai dan menganggap seolah semua tidak pernah terjadi. Pemuda asing itu pun lalu pergi meninggalkan meja mereka. Tyler, Cliflan, dan Dustan pun mengikuti Kayla dan melanjutkan makan mereka dengan lahap dan hanya diam seribu bahasa sampai makanan mereka habis.

"Ya ampun... kalian makannya cepet banget sih... Punya gw belon abis nih," sahut Kayla saat melihat semua piring mereka sudah bersih. "Punya gw masih banyak nih. Sop belon abis, daging asap masih ada, belum sayurnya juga. Jus-nya apalagi belon gw sentuh sama sekali. Mana perut dah rada kenyang lagi."

"Tenang aja, waktu masih panjang koq. Matahari aja masih nongol koq di situ. Lagian kita ke sini selain makan juga mau ngobrol sampai puas. Tentunya menginterogasi kamu," jawab Tyler sambil tertawa jahat.

"Mau nginterogasi apaan? Emang gw ada salah apa?" jawab Kayla sambil tetap berusaha mempercepat makannya.

"Sabar coba makannya. Buru-buru amat sih. Nanti keselek loh," ujar Dustan.

"Perlu bantuan?" timpal Cliflan.

"Lu makan banyak betul, Clif. Ntar jadi ga gesit lagi gw ga mau tanggung jawab ah," celetuk Tyler.

Kayla hanya tersenyum sambil memandang Cliflan. Dustan langsung menyenggol kaki Tyler dan melirik ke arah Kayla dan Cliflan. Tyler yang mengerti langsung berdeham "Ehem... keknya ada yang lagi kesengsem nih" sambil menyenggol pundak Kayla.

"Siapa yang kesengsem sama siapa?" tanya Kayla penasaran.

"Ya elu dul, " kata Dustan, "sama si rakus ini," sambil menepuk pundak Cliflan.

"Dah yuk, Tan! Jangan ganggu pasangan baru," timpal Tyler.

"Jangan aneh deh. Dah nih, bantuin gw ngabisin makanan gw. Tp jangan sentuh sayur dan jusnya," pinta Kayla.

"Serbu coy!" sahut Cliflan semangat.

Akhirnya makanan Kayla pun habis dalam waktu yang singkat. Tentu saja Cliflan yang paling gesit soal menghabiskan makanan. Tentunya mereka duduk sebentar sambil mengelus perut mereka yang kekenyangan.

Kayla tertawa kecil "Ternyata tiga orang terkeren di St. Nicholas kalau makan meninggalkan kewibawaan mereka."

"Ga ada hubungannya, La. Makan ya makan, kalo main ya main, kalo lagi kerja ya serius," jawab Dustan.

Tyler yang daritadi terus memperhatikan meja di sekitarnya merasa sangat tidak nyaman. Dustan juga sudah merasa resah daritadi. Ya, murid-murid St. Nicholas terkenal kaya raya dan eksklusif, membuat semua murid sekolahan yang lain geram. Terutama sejak kejadian tadi Kayla mencampakkan seorang pemuda.

Mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Tyler langsung mengajak Kayla untuk pergi. Sementara Dustan dan Cliflan mengikuti mereka dari belakang. Ternyata yang menjadi sorotan adalah Tyler dan Kayla.

Masih dalam Town Mall, Kayla ingin sekali masuk ke toko pernak pernik. Tyler mencoba mengatakan tidak baik jalan-jalan di sore hari dengan mengenakan seragam sekolah. Tapi Kayla tidak menggubrisnya. Tepat sebelum masuk ke dalam toko, Tyler langsung menarik tas sekolah Kayla. "Sebaiknya kamu masuk ke toko itu tanpa membawa tas," ujar Tyler.

"Dan selalu masukkan tangan kananmu dalam kantong rokmu itu," tambah Dustan.

"Lakukan saja dan jangan banyak tanya," timpal Cliflan sambil memperlihatkan tampang serius.

Kayla langsung menuruti semua permintaan mereka semua dan segera masuk ke dalam toko yang agak ramai itu. Cukup lama Kayla berada di dalam sementara Tyler terus memperhatikannya dari luar. Sedangkan Dustan dan Cliflan berada di kanan kirinya Tyler.

Saat Kayla hendak keluar, alarm toko berbunyi. Langsung seorang penjaga toko menghampiri Kayla. Sementara itu Tyler langsung menitipkan tas Kayla ke Cliflan dan tasnya sendiri ke Dustan. Tyler memasuki toko itu dengan kedua tangan berada dalam kantongnya.

Kayla heran, mengapa dia sampai didatangi penjaga toko. Seperti hendak mencuri saja. Saat penjaga toko mau mengatakan sesuatu, Tyler tepat ada disana dan meminta diurus di kasir saja.

Akhirnya mereka sampai di kasir, Tyler tepat dibelakang Kayla dan dalam 1 kedipan mata, tangan Tyler langsung beraksi dan mengambil sesuatu dari ikat pinggang Kayla.

"Kamu pasti mengambil sesuatu dari dalam toko ini sehingga alarm kami berbunyi," ujar penjaga toko.

"Tidak, saya tidak mengambil apa pun dari sini," ujar Kayla.

"Mengapa tangan kamu terus berada dalam kantong?" tanya penjaga toko keheranan.

"Periksa saja, tidak ada apa-apa di dalamnya."

"Keluarkan tangan kamu, biar saya periksa."

Tentu saja tidak ada apa-apa di dalam kantong rok Kayla dan Kayla diminta untuk berputar perlahan sementara penjaga toko memperhatikannya. Yah, semuanya sudah dibereskan oleh Tyler dan penjaga toko itu tak mungkin menemukan apa pun di situ.

Akhirnya penjaga toko menyerah. Tyler mengingatkan Kayla untuk memasukkan tangannya ke dalam kantong roknya. Kayla dan Tyler pun keluar toko tanpa masalah. Tentunya Tyler mengurus dirinya sendiri sebelum keluar toko.

"Tadi ada apa?" tanya Tyler.

"Empat teri dan satu ubur-ubur," jawab Dustan sambil menyerahkan tas Tyler.

"Ayo pulang dan jangan banyak tanya," ujar Cliflan sambil menyerahkan tas Kayla.

Kayla diam saja merasa ada yang aneh dengan ketiga temannya. Dustan langsung menggandeng tangan Kayla, sementara Tyler dan Cliflan di belakang mereka.

Cliflan langsung bergumam "Kayla."

Tyler mengangguk tanda mengerti. Cepat-cepat Tyler dan Cliflan mengapit Kayla. Cliflan langsung menepuk bahu Dustan dan Dustan pun melepas tangan Kayla. Mereka berempat langsung jalan beriringan.

Akhirnya mereka keluar dari Town Mall dan langsung berjalan menyusuri gang kecil. Tyler pun bernapas lega karena tidak ada "teri" setelah mereka keluar dari toko pernak-pernik.

Kayla yang daritadi penasaran akhirnya bertanya, "Daritadi ada apa sih? Kalian jadi berubah setelah makan."

"Kita kan selalu menjadi incaran teri. Lu baru pertama kali jalan-jalan pake seragam skolah kan?" jawab Cliflan.

"Emang kenapa kalo pake seragam? Teri itu apaan sih?" Kayla makin penasaran.

"Teri itu berandalan sekolah. Ubur-ubur itu brandalan yang bawa senjata, biasanya ketuanya," Tyler menjelaskan.

"Tentang seragam, itu karena sekolah kita orangnya berkesan eksklusif semua dan kebanyakan anak orang kaya. Mangkannya buahaya nih jalan-jalan sore pake seragam," lanjut Dustan.

"Btw, aus nih!" ujar Cliflan.

"Yuk, ngemil yang biasa," sahut Dustan.

"Hah? Ngemil? Lagi?" Kayla tak percaya.

"Tenang, cuma es koq," sahut Tyler sambil menarik lengan Kayla.

Mereka pun menyusuri gang dan berhenti di suatu warung untuk beli es teh manis yang dibungkus plastik kecil dan sudah dibekukan. Pemilik warungnya seorang nenek yang ramah. Tyler langsung membayarnya.

"Tak disangka, kita berjumpa lagi, nona cantik!"

Tiba-tiba pemuda asing, yang tadi datang saat mereka berempat makan di Town Mall, muncul lagi dan kali ini aneh dengan 4 teri dan 1 ubur-ubur yang tadi bertemu Dustan di depan toko pernak-pernik.

"Here comes the trouble," gumam Cliflan.

"Hei bung, sebaiknya kalian menyerahkan nona cantik itu daripada pulang dengan sedikit lecet," ujar pemuda asing.

Dustan langsung menarik tangan Kayla dan membawanya mundur ke belakang. Sementara itu Cliflan langsung maju ke sebelah Tyler. Nenek pemilik warung masuk ke dalam, entah apa yang akan dilakukannya.

"Alfred, sebaiknya kamu tidak mengganggu gadis itu," ujar Tyler.

"Lancang benar kau memanggil nama bos kami!" seru salah satu teri sambil mengacungkan pisau lipatnya.

"Tenang, kami tidak mau membuat masalah," ujar Tyler sambil memberi tanda pada Dustan. "Bagaimana kalau kita berdamai saja?"

Dustan langsung mencengkeram tangan Kayla yang masih gemetaran sambil berbisik "sanggup lari?"

Kayla mengangguk menjawab pertanyaan Dustan.

Tiba-tiba si ubur-ubur berseru "HAJAR!" sambil mengeluarkan tinjunya ke arah muka Tyler.

Tyler langsung menahan tinju si ubur-ubur dengan kedua tangannya. Pada saat yang bersamaan, si nenek pemilik warung sudah kembali dengan membawa tutup panci dan centong lalu langsung memukul-mukul tutup panci "TOLOOONG! TOLOOONG!" seru si nenek.

Warga sekitar gang langsung keluar setelah mendengar bunyi tutup panci si nenek.

"Ada apa ini?" kata salah seorang bapak yang kekar. "Heh, kamu, simpan pisau itu dan enyah dari sini! Jangan buat keonaran di sini!" bentaknya pada si teri yang memegang pisau lipat.

Untung saja, si nenek dan warga sekitar datang pada saat yang tepat. Kayla yang sangat ketakutan langsung jongkok dan menangis sejadi-jadinya. Si nenek langsung menghampiri Kayla dan menyuruhnya duduk. Tyler dan lainnya langsung berterima kasih kepada bapak yang kekar tadi dan warga sekitar lainnya. Warga sekitar di gang itu mengenal Tyler, Cliflan, dan Dustan karena mereka pernah menolong si nenek di tengah jalan dan sering bekerja membantu si nenek setiap Minggu.

Mereka berempat pun lalu pamit pulang kepada si nenek. Nenek tentunya berpesan agar hati-hati di jalan.

"Masih sanggup jalan, La?" tanya Dustan.

"Sanggup lah! Ngece banget lu," sahut Kayla.

"Baguslah. Soalnya kita lebih seneng menikmati jalan sore hari seperti ini. Bisa melewati taman bunga indah di belakang sana," sahut Tyler.

Yah mereka berempat pun pulang dengan melewati taman bunga yang kecil itu. Di sana Cliflan, Dustan dan Tyler membuka tas mereka dan mengambil botol minum mereka lalu menyiramkannya ke sana. Tampak pelangi dari air yang mereka siramkan itu dan sangat indah. Kemudian mereka pulang ke tempat mereka masing-masing. Tyler ke rumah orang tua angkatnya, Cliflan dan Dustan kembali ke panti asuhan, sedangkan Kayla pulang ke kosannya.

Friday, September 26, 2008

Part 3 - Hari yang Panjang

"Satu bangsa? Maksud lu?" tanya Cliflan.

"Tyler, lu pernah mimpi tentang diri lu waktu kecil di tempat lain?" tanya Kayla.

"Pernah. Emang kenapa? Toh itu cuma mimpi. Jauh dari kenyataan jaman skarang ini" jawab Tyler.

"Lu Dustan? Lu juga pernah kan mimpi tentang mobil terbang? Lu juga Cliflan, pernah mimpi yang sama kan?" lanjut Kayla.

Dustan menoleh ke arah Tyler dan Cliflan yang tampaknya kebingungan semua. Mereka semua hanya terdiam, seolah menjawab ya dan seakan mengira Kayla adalah seorang peramal. "Lu sejak kapan bisa ngeliat mimpi orang lain?" tanya Dustan.

"Lu belajar ngeramal di mana?" timpal Cliflan.

Kayla tertawa terpingkal-pingkal mendengar pertanyaan mereka. Cukup lama Kayla tertawa sampai dia memegangi perutnya karena sakit. Sementara Tyler dan kedua temannya tambah kebingungan dan jadi saling memandang dan membahas mimpi mereka semua.

Aneh, mimpi mereka semua sama. Tentang mobil yang menggunakan tenaga matahari, tentang planet yang hijau, sejuk, dan bebas polusi. Tentang sekolah sihir, tentang kemampuan seseorang untuk terbang dan lain sebagainya.

Kayla akhirnya berhenti tertawa dan berkata hal yang aneh, tentang hal yang mustahil. Ya, Kayla berkata bahwa mereka berempat memang berasal dari sana. Tentu saja hal ini mengundang banyak pertanyaan bagi Tyler, Cliflan, dan Dustan.

"Bercanda lu! Ga mungkin lah kita dari sana. Gw mah ga rela pergi ke sini kalo gw dari sana. Gila, di sini panas banget coy!" Kata Cliflan sambil menatap penuh harap ke arah Kayla, seolah meminta Kayla untuk berkata ya pada mereka semua.

"Terserah lu mau percaya atau ngga. Tapi emang itu kenyataannya. Ntar juga lu tau sendiri. Hm... hari ini akan jadi hari yang paling panjang dan melelahkan. Percayalah!" ujar Kayla sambil tersenyum.

"Ngomong-ngomong, apa yang harus kita lakukan dengan bom ini?" tanya Tyler.

"Laporkan saja nanti setelah jam 4. Sekarang sembunyikan saja dulu di ruangan Pengurus OSIS. Gw pegang kuncinya koq," ujar Kayla.

"Lu kayanya udah memperhitungkan semuanya, Kayla. Mencurigakan. Makin mencurigakan," ujar Dustan.

Kayla hanya tertawa kecil menanggapi Dustan. Sementara Kayla mulai memimpin jalan ke arah ruang pengurus OSIS.

Ruang itu tidaklah sebesar ruang kelas. Sangat kecil & sempit, tapi cukup untuk menampung seluruh pengurus setiap pertemuan. Tempat itu ada di gedung yang terpisah dengan bangunan utama sekolahan itu dan bersebelahan dengan gudang.

Sesampainya di pintu ruangan, Kayla mengeluarkan kunci lalu membukanya. Kemudian Kayla masuk ke dalam diikuti yang lainnya.

Kayla menyuruh Tyler meletakkan bom itu di lemari perkakas karena hanya lemari itu yang ada kuncinya. Lalu Tyler meminta kunci lemari ke Dustan.

"Tapi kuncinya gw taro dimana ya? Seinget gw d lemari kabel deh. Coba gw cari dulu," ujar Dustan sambil cepat2 mencari.

"Swt lu. Klo kuncinya ilang gmana? Knapa ga lu satuin ama kunci kamer lu?" tanya Cliflan yang sedikit jengkel sambil membantu Dustan mencari kunci lemari.

"Nah ini dia," kata Dustan, senang. Langsung saja dia melempar kuncinya ke Tyler.

Saat Tyler membuka lemarinya, dia terkejut. "Aneh, koq ada bolu ya di sini?" Ujar Tyler yang keheranan.

Kayla hanya tertawa geli melihat ekspresi wajah kagetnya Tyler. "Hihihi. Lucu banget deh lu, Tyler. Expresi muka lu tuh aneh bener klo lagi kaget," ujar Kayla sambil mencolek krim di atas bolu lalu menempelkannya di hidung Tyler. "Nah sekarang jadi tambah lucu kan."

Cliflan dan Dustan pun tertawa terpingkal-pingkal melihat wajah Tyler ya tercoreng krim bolu itu. Kayla menarik keluar bolunya sambil berkata "Yuk kita rayain ultah Tyler di sini. Pas nih bolunya uda dipotong jadi 4. Lu Tyler jangan diem aja kaya orang bego donk. Taro dulu bomnya!"

"Ini bolu lu yang taro ya, La?" tanya Cliflan sambil menjulurkan tangannya untuk mengambil sepotong bolu.

Belum sempat tangan Cliflan menyentuh bolunya, Kayla sudah memukul tangan Cliflan sambil berseru "Ga sopan! Yang punya hajat aja belum doa. Doa dulu dong"

"Tiup lilin dulu dong sebelum doa" timpal Dustan.

"Ga sekalian nyanyi dulu?" timpal Tyler.

"Boleh nyanyi dulu. Ayo semuanya samakan suara," kata Kayla semangat.

"Bedaaa!" sahut mereka bertiga kompak

Dan berkumandanglah lagu happy birthday. Dilanjutkan dengan meniup lilin kecil dari lemari perkakas. Kemudian Tyler pun berdoa.

"Akhirnya waktunya makaaan!" seru Cliflan semangat, sambil menjulurkan tangannya.

"PLAK" sekali lagi Kayla memukul tangan Cliflan.

"Dah dibilangin, tunggu yang punya hajat dulu," ujar Kayla agak kesal.

Tyler dan Dustan tertawa geli melihat mereka berdua. "Ngapain lu berdua ketawa? Sial... bukannya bantuin gw," ujar Cliflan.

"Ayo, Tyler ambil dulu!" kata Kayla.

"Iya cepetan tuh ambil. Gw kan juga mo makan," timpal Cliflan.

Dustan hanya tertawa geli melihat Kayla dan Cliflan, sementara Tyler mengambil bolunya. "Nah, sekarang uda boleh lu ambil, Clif," kata Kayla sambil menyodorkan bolunya ke arah Cliflan.

Cliflan langsung menyambar bolunya dan langsung menyantapnya dengan lahap. Padahal Tyler belum menyantapnya sama sekali. Dustan lagi-lagi tertawa geli melihat Cliflan yang mukanya sudah belepotan krim bolu. "Lu kelaperan banget ya, Clif?" Tanya Kayla yang merasa heran.

"Jelas aja kelaperan. Dari tadi kita semua kan belon makan. Rencana kan siang nanti mau gw traktir. Eh ga taunya ada kejadian kek gini" Tyler menjelaskan.

Dustan mengambil bolunya dan Kayla mengambil potongan bolu yang terakhir. Tetapi Kayla menyerahkannya ke Cliflan, karena dia tidak terlalu lapar sambil berkata "Nih buat elu aja. Gw ga gitu laper."

Sementara Kayla memasukkan bomnya ke dalam kantong hitam, Tyler langsung mendekati Dustan dan membisiki sesuatu di telinganya. Dustan hanya tertawa geli menanggapi si Tyler. Cliflan yang merasa curiga langsung mendekati Tyler "Lu bisik-bisik apa ke Dustan? Gw juga mau tau donk."

"Rahasia. Cuma gw ama Dustan yang boleh tau. Weee" ujar Tyler sambil menjulurkan lidahnya.

"Gw ke aula duluan ya. Ntar kalian beresin sendiri" ujar Kayla sambil berlalu ke arah pintu.

"Yo. Thank's ya bolunya" ujar Tyler yang masih sambil menikmati bolunya.

Saat Kayla tiba di aula, suasana masih seru dengan permainan. Kayla berputar mengelilingi aula untuk memperhatikan teman-temannya. Dia khawatir kalau berita tentang bom ini bocor. Tampaknya semua masih aman-aman saja. Para guru pun tidak menampakkan wajah yang cemas. Memang tidak semua guru ada di aula. Beberapa guru lainnya ada di ruang guru menunggu kabar dari pihak kepolisian.

Beberapa saat kemudian, Tyler, Cliflan, dan Dustan sudah menampakkan diri di aula. Tyler mencari Bapak Bureig, tetapi tampaknya beliau tidak ada di aula. Tyler pun meminta Dustan untuk mencari Bapak Bureig dan menanyakan tentang kabar dari kepolisian.

Sementara Cliflan mendekati koordinator permainan, Herry, menanyakan apakah bisa bertahan sampai jam 4 dengan permainan yang tersisa. Herry menggelengkan kepalanya "Gw rasa, kita semua udah cape. Ga mungkin bertahan sampai jam 4. Emang ada apa sih sampe kita harus pulang jam 4?"

Cliflan hanya menjawab "Sebaiknya lu nanya langsung sama Tyler. Dia yang paling tau. Gw bingung jelasinnya, ntar klo salah ngomong gw dimarahin sama dia."

Tyler mendekati Cliflan dan langsung saja si Herry menanyai Tyler dengan pertanyaan yang sama.

"Yah... katanya sih sekolahan ini lagi mau dapet promosi. Ga tau tuh promosi apaan, gw sendiri ga gitu jelas. Gw cuma diminta untuk nahan murid-murid biar ga langsung pulang" ujar Tyler santai.

"Alah... lu sendiri aja ga jelas, gw makin bingung jadinya. Untuk acara permainan selanjutnya, kita bakalan mainin kartu dalam kelompok yang kecil-kecil lalu melebar. Permainan uji analisa itu loh yang pernah kita mainin dulu waktu acara pelantikan OSIS.

Tyler menanggapi hanya dengan mengangguk saja. Tiba-tiba Kayla memanggil Tyler dan Cliflan ke luar aula. "Tampaknya polisi sudah datang. Jangan katakan kalau kita sudah menemukan bomnya, nanti mereka akan curiga. Dan kita akan kesulitan untuk menjelaskan semuanya," ujar Kayla yang agak cemas. "Sekarang kita harus memberi tahu Dustan untuk tidak mengatakan apa pun.

"Tenang saja, Dustan tidak akan mengatakan sepatah kata pun. Kami semua kan berpura-pura menganggap tidak ada bom sama sekali," ujar Tyler mencoba menenangkan Kayla.

Dustan pun muncul di saat Tyler baru selesai mengatakan hal itu. "Ya tenang saja, karena aku sudah ada di sini, La" yang muncul dari belakang Kayla.

"Tapi gw khawatir ama anjingnya. Gimana klo bubuk mesiunya kecium anjingnya?" Tanya Tyler yang berusaha tetap tenang.

"Tenang aja, kantong punya gw akan menghilangkan semua benda yang gw masukin dan hanya akan keluar kalo gw mau benda itu keluar," ujar Kayla.

"Wah... berarti kita bisa nitip apa aja donk ke Kayla," timpal Cliflan.

"Kantong apaan sih itu?" tanya Dustan penasaran.

"Ya sebut saja kantong ajaib, tapi bukan kaya di kartun Doraemon. Ya sama seperti HPnya Tyler yang unik itu," jawab Kayla.

Akhirnya polisi memeriksa sekolahan itu dengan cepat, termasuk gudang dan ruang pengurus OSIS. Saat hendak memeriksa aula, murid-murid disuruh kembali ke kelas masing-masing untuk mengambil tas mereka.

Waktu yang tersisa hanya tinggal setengah jam. Setengah jam yang akan sangat panjang bagi semua murid dan semua guru di sekolah mana pun di kota tersebut.